Hijrahnya Seorang Youtuber Menjadi Blogger
Sebelum istilah Youtuber ada atau mungkin belum populer, saya telah terlebih dahulu aktif membuat konten di platform terkenal itu walaupun sayanya yang tidak terkenal juga, haha. Tepatnya di pertengahan tahun 2011 saya bergabung disitu dan mulai membuat beberapa program di channel saya yang bernama RahmaPo itu pada tahun 2012.
Di
antaranya seperti video Belajar Bahasa Indonesia, Belajar Bahasa Turki, dan Wisata
Aceh. Video-video tersebut lumayan mendapatkan atensi untuk pemula seperti saya
yang pada masa itu mendapatkan view dan subscriber 100 saja sudah WOW rasanya.
Perjalanan Sebagai Youtuber
Membuat video di waktu itu hanya saya jadikan sebagai hobi untuk mengembangkan kreatifitas dan melepaskan kebosanan saya di tengah-tengah kesibukan mengajar.
Tapi, siapa sangka rupanya video-video itu menarik
perhatian salah satu pewawancara saya di Tes Beasiswa Fulbright. Entah iya atau
tidak, tapi saya merasa channel saya memiliki peran dalam kesuksesan di tes
itu.
Sayangnya, Anda tidak akan bisa menelusuri kembali
video lama saya itu. Sudah saya hapus semuanya. Alasannya, saya merasa tidak
nyaman dengan gaya saya di sana.
Sempat vakum beberapa saat, channel saya mulai
aktif lagi pada tahun 2018. Tepatnya ketika saya berada di Amerika Serikat
dalam masa beasiswa saya. Di masa itu saya membuat salah satu program yang
berjudul Takdirku di Harvard. Di situ saya menceritakan pengalaman menerima
beasiswa dari tes hingga masa saya di kampus.
Dari situlah, subscriber dan view channel saya
naik drastis. Para penonton banyak sekali yang mengirim komentar, dan bertanya
ini-itu. Akun-akun social media saya yang lainnya pun dibombardir dengan
pengikut dan permintaan teman. Rasanya seperti artis saja di masa itu, haha.
Beberapa media mulai melirik saya setelah itu. Rasanya gimana gitu ketika mereka menghubungi saya untuk meminta wawancara. Untuk membacanya bisa langsung klik link ini:
Hingga akhirnya saya memutuskan tidak ingin melanjutkan Youtube saya itu. Bulan berganti bulan, hingga tahun berganti tahun. Dua tahun sudah saya tidak mengunggah video di platform itu.
Pemberhentian
yang sangat lama itu sepertinya membuat otak saya tumpul. Saya ingin kembali berbagi
tapi dengan cara yang lain, yaitu menulis alias ngeblog.
Memulai Ngeblog
Sebenarnya ngeblog telah lebih dahulu saya lakukan daripada ngeyoutube. Di masa itu saya terinspirasi dari seorang blogger yang terkenal untuk menulis cerita sehari-harinya.
Entah di domain blog gratis
mana, saya pun memulainya dengan menceritakan pengalaman ketika melakukan
internship di Turki.
Tapi mungkin karena kurangnya ilmu saya tentang
ngeblog, saya tidak konsekuen dalam menulisnya. Hingga saya berhenti. Kemudian,
saya membuat lagi akun gratis, tapi saya berhenti lagi dengan sebab yang sama.
Hingga akhirnya saya membeli domain. Tapi karena ilmu ngeblog tidak saya pelajari, jadilah blog saya itu sarang laba-laba, haha.
Inilah pentingnya ilmu sebelum berbuat sesuatu. Dengan yakin
akan istiqamah dalam ngeblog, saya pun mengikuti kelas blogging untuk pemula guna
mewujudkan impian saya.
Keunggulan Blog
Ngeblog di tengah-tengah ketenaran platform video seperti Youtube dan TikTok menjadi tantangan sendiri buat saya. Lalu kenapa saya memutuskan untuk ngeblog setelah mendapatkan modal yang sangat bagus untuk bergerilya di Youtube?
Sebenarnya alasannya cuma satu. Dari tahun
2020, saya merasa tidak nyaman lagi untuk berada di depan layar. Saya merasa
ada yang berubah dengan diri saya. Dan saya tidak suka itu. Ditambah lagi
kebijakan Youtube yang terus berubah membuat saya semakin tidak nyaman.
Saya pikir, menjadi orang di balik layar rasanya
membawa ketenangan dan kenyamanan tersendiri. Dan blogging menjawab
keinginan saya.
Selain itu, di tengah kesibukan saya yang
sekarang, ngeblog lebih mudah dan sederhana untuk saya. Jika dulu, sebelum mengunggah
video ke Youtube, banyak langkah yang saya tempuh dalam prosesnya. Mencari ide,
membuat naskah, merekam video, mengedit, hingga mengunggahnya. Untuk video yang
berdurasi hanya beberapa menit saja bisa menghabiskan waktu yang sangat banyak.
Tapi untuk ngeblog tidaklah selama itu.
Dengan blogging juga membuat saya harus kembali
ke dunia lama saya, yaitu membaca. Seperti yang kita tahu, membaca sangat
banyak manfaatnya. Apalagi jika ingin menulis, sudah seharusnya saya
memperbanyak bacaan saya.
Satu lagi, blogging pun bisa menjadi portofolio yang menjanjikan untuk melanjutkan studi atau karir di masa depan. Pernah saya mendapat tawaran untuk bekerja menjadi content creator di salah satu lembaga pengajaran Bahasa Inggris, dan salah satu kualitas yang dicari adalah bisa menulis.
Sayangnya saya tidak lulus walaupun sebenarnya saya tidak akan sempat juga bekerja karena harus menjaga bayi saya yang baru dua bulan.
Baiklah, semua hal di atas yang saya sebutkan
adalah berhubungan dengan saya sebagai blogger. Bagaimana dengan pembaca?
Apakah yakin masih ada pembaca blog di tengah gempuran Youtube dan TikTok?
Saya yakin sekali (walaupun harus diteliti
dulu) sumber referensi bacaan masih lebih banyak daripada yang berbentuk video.
Artinya masih banyak sekali orang yang mengetik di mesin pencarian Google untuk
mencari sesuatu untuk dibaca. Jadi, para kaum pembaca itu masih beranak-cicit.
Belum langka apalagi musnah.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut, saya yakin sekali masa depan blog akan tetap berjaya. Karena itu keputusan saya untuk ngeblog sudah kuat. Terlepas bagaimana nasib blog saya ke depan, yang penting niat saya, blogging for sharing.
Comments
Post a Comment