Waduh, Bahasa Inggris Anda Takkan Meningkat Walau Tinggal di Inggris!

"Ms, gimana cara cepat bisa bahasa Inggris?"

Itulah pertanyaan yang sering diajukan oleh siswa-siswa saya dulu. Dan jawaban saya adalah... 

"Tinggal di Inggris."

Itu bukan jawaban asal, saya serius. Tapi eits, tunggu dulu! Itu jawaban saya dulu sih. Kalau ditanya lagi sekarang, maka jawaban saya adalah...

"Gak ada cara cepat. Udah, belajar saja dan praktik terus."

Hm, kenapa berubah? 

Karena orang yang tinggal seumur hidup di Inggris pun, belum tentu bisa bahasa itu.

Lha, kok bisa?


Sorry, No English!


Seorang ibu berketurunan Arab telah tinggal di Manchester selama puluhan tahun. Tapi ajaibnya dia tidak bisa berbahasa Inggris sama sekali. Ya, kecuali yes, no, dan How are you? I'm fine, thank you.

Hehe, ya gak gitu juga sih. Tapi intinya dia tidak bisa berkomunikasi dalam bahasa asing itu.

Kira-kira apa ya penyebabnya?

Tidak lain tidak bukan, rupanya Ibu itu hanya berteman dengan orang-orang yang bisa berbahasa Arab juga di sana. FYI, di sana ramai sekali orang Arab. Rata-rata bisnis di daerah Manchester dikuasai mereka. Jadi bahasa bukanlah kendala bagi ibu itu. 

Ya, mau belanja harian, di toko Arab. Mau laundry, di tempat Arab juga. Mau makan-makan di luar, di cafe Arab. Jadi semua bisa diatasi dalam bahasa Arab. 

Jadi, tidak bisa berbahasa Inggris bukanlah masalah besar untuknya. Kalau ada yang coba-coba ngomong dalam bahasa itu, dia langsung mengeluarkan jurus pamungkasnya, sorry, no English!

Wadidaw...

Learning or Acquiring

Kisah ibu di atas berbeda sekali dengan dua kisah berikut ini. Yang pertama, ada seorang mahasiswa S2 dari Indonesia yang kuliah di Manchester. Awalnya dia tinggal bersama orang Indonesia dengan alasan untuk kenyamanan. Karena itu pertama kalinya dia tinggal di luar negeri. Bahasa Inggris pun pas-pasan. 

Jadi, pikirnya akan lebih mudah jika tinggal bersama orang yang sebangsa. Ya, kalau ngomong-ngomong, bisa dalam bahasa persatuan. Tapi, akibatnya bahasa Inggrisnya tak kunjung bagus.

Ujung-ujungnya dia pindah ke apartemen lain dan berteman dengan orang asing. Tidak hanya itu, dia juga memperluas pertemanan dengan penutur asli dan teman-teman dari berbagai negara. 


Alhasil, dalam beberapa bulan kemampuan berbahasa Inggrisnya melaju pesat. Man jadda, wa jada. Sungguh, usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Dia pun menjadi sangat percaya diri sekarang. 

Kalau si pemuda atas khusus mempelajari bahasa itu, nah beda halnya dengan dua anak India ini. Lahir dan besar di Inggris, mereka tidak diajari bahasa itu oleh orang tua dan keluarganya. Di rumah, mereka hanya berbicara dalam bahasa Hindi walaupun kedua orang tuanya bisa berbahasa Inggris. 

Ketika mereka berumur 3 tahun, mereka mulai pergi ke Nursery, dan di sanalah mereka memperoleh bahasa kedua itu. Dimulai hanya dengan bisa mengucapkan beberapa kata dan frasa, kemudian berlanjut dengan kalimat yang masih salah secara grammar, hingga akhirnya mereka fasih dan beraksen seperti orang Inggris. 

Ya, tidak perlu heran sih, anak-anak memang masih sangat mudah dan cepat dalam memperoleh sebuah bahasa. Makanya, sebaiknya selagi di usia emas itu, ajarilah beberapa bahasa. Yang pasti jangan lupakan bahasa sendiri ya aybun. 😊

Kemampuan yang tidak diasah

Bahasa itu adalah sebuah kemampuan. Ibaratnya pisau, makin diasah makin tajam. Seseorang pun akan semakin mahir dalam sebuah bahasa jika dia sering menggunakannya.

Nah, sekarang ada satu kisah tentang seseorang yang hampir kehilangan kemampuannya dalam berbahasa Inggris yang baik dan benar walaupun tinggal di Inggris.

Dia seorang ibu rumah tangga yang awalnya adalah seorang guru bahasa Inggris. Dia tinggal di Manchester dan aktifitasnya sehari-hari mengurus suami, anak dan rumah. Ya, tiga itu saja, tapi kalau dijabarkan bisa berbab-bab ya. Ada yang relate? Hehe.

Pikirnya, dengan tinggal di Inggris bahasa Inggrisnya bisa beraksen royal. Rupanya malah kosa katanya yang hilang satu per satu dan tata bahasanya jadi amburadul.

What's wrong?

Satu alasannya yaitu karena jarang berbicara dalam bahasa Inggris. Dia pun jarang bersosial dengan yang lain. Kalau keluar untuk berbelanja, tidak ada ceritanya hello-hello dengan mister atau miss kasir. Karena check outnya bisa dilakukan sendiri dengan mesin. Tinggal click-click, tap and all done!

Hingga akhirnya lidah yang tak diasah itu pun menjadi kaku.

Kasihaaan... Lebih kasihan lagi karena itu cerita saya sendiri. Ah, ketawa aja 😁 

Solusinya?

Sayang sekali rasanya sudah tinggal di Inggris tapi tidak bisa berbahasa itu, atau tidak meningkat-ningkat. Nah, lalu bagaimana solusinya jika mengalami kasus-kasus seperti di atas?

Keluarlah dari zona nyaman, hai kawan. Seperti yang dilakukan si mahasiswa dari Indonesia itu.

Pada kali kedua berangkat ke Inggris, saya pun merubah cara hidup. Saya rajin membawa anak ke kegiatan pre-nursery. Di sana, saya bertemu dan berbicara dengan orang tua lainnya dari berbagai negara. Saya juga mengikuti beberapa kelas gratis baik luring maupun daring. 

Walaupun tidak jelas perubahannya, tapi setidaknya kemampuan saya tidak menghilang.

Ya, kalau ingin excellent, banyak cara lainnya. Bacalah, dengarlah, tulislah dan bicaralah sesering mungkin dalam bahasa Inggris. Hiduplah dan berpikirlah dalam bahasa itu. Maka, dijamin kemampuan berbahasa Inggris Anda akan seperti air yang mengalir deras atau kereta api yang melaju cepat.

Walau...

Anda tidak tinggal di Inggris.

😉

Comments

Popular posts from this blog

Three Journeys, Three Countries and Many Lessons

Rasanya Menjadi Ibu Rumah Tangga Setelah 10 Tahun Bekerja