A Half Day in My Life in the UK
Saya membayangkan membuat video pendek untuk adegan-adegan di kisah ini, dengan tulisan muncul sesaat setelah video pembukaan, "A Half Day in My Life in the UK."
Namun, karena sudah tak terbiasa dengan membuat video, jadinya tidak sat-set lagi. Mengatur kamera saja sudah buang-buang waktu, belum lagi hasilnya yang jauh dari harapan, tidak estetik sama sekali.
Ditambah lagi, si kecil Madris tiba-tiba datang dengan akting jadi bayi, "Bunda, gendoooong."
Aduh, bisa gagal terus bikin videonya. Ya sudahlah, memang emak-emak seperti saya mudahnya nulis di HP saja sambil rebahan di samping anak yang baru tertidur.
Jadi, inilah dia "A half day in my life" di negeri yang sedang diselimuti musim dingin ini.
Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi, tapi di luar masih agak gelap. Beda sekali dengan kampungku di Aceh sana, yang biasanya sudah terang benderang, lengkap dengan cuitan burung dan kokok ayam bersahut-sahutan.
Di sini? Sunyi, hanya suara kendaraan yang sesekali lewat. Pada waktu ini, shalat subuh berjamaah sedang berlangsung di mesjid terdekat. Padahal waktu Shubuh sudah masuk dari pukul 6.30 tadi. Memang di sini waktu shalat berjamaah lebih telat, kecuali shalat magrib.
Untuk waktu shalat pun, saya mengandalkan jadwal tertulis dari mesjid, bukan dari azan yang terdengar merdu seperti di kampung halaman. Di sini, azan hanya boleh terdengar untuk area dalam mesjid saja. Rasanya rindu sekali mendengar panggilan shalat yang bersahutan di udara seperti dulu.
Tapi, bagaimanapun juga, Alhamdulillah.
Pagi ini seperti biasa, saya cek prakiraan cuaca. Penting sekali, karena ini berhubungan dengan urusan luar rumah. Walaupun tentu saya tidak mempercayainya seratus persen, karena itu bukan rukun iman, kan? Tapi akurasinya sangat mendekati. Hari ini katanya cerah. Wah, ada peluang jalan-jalan!
Awalnya saya sempat berpikir mau mencuci baju juga. Tapi sinar matahari di musim dingin ini tidak membantu banyak. Baju tetap dingin walau sudah dijemur. Saya jadi bingung, ini sebenarnya sudah kering atau belum. Ya udah, mendingan dijemur didalam rumah aja sambil menyalakan pemanas. Jadi bisa dilakukan nanti sore.
Untuk memulai pagi ini, saya memanaskan air di teko. Lemon hangat sangat enak dan sehat diminum di musim dingin seperti ini. Apalagi tenggorokan saya sudah mulai terasa perlu perhatian.
Oh ya, semalam saya membuat adonan donat, renacananya mau digoreng pagi ini. Tapi ya Allah, ini apa yang salah? Kenapa adonannya tidak mengembang?
Sebenarnya, dari awal memang ada yang aneh. Saat diuleni, kok tidak kalis-kalis, padahal yang menguleni itu mesin! Jadinya saya nyesal mencoba resep yang baru itu, padahal donat yang saya buat selalu berhasil.
Ceritanya, karena bosan dengan resep-resep yang sebelumnya, saya carilah resep lain dari salah satu channel Youtube. Ketemu satu punya chef muda dari Indonesia. Kesalahan saya adalah mengikuti resep dia, padahal sebelumnya entah sekali atau dua kali saya juga gagal waktu ngikutin dia. Tapi terayu dengan komentar-komentarnya yang positif, saya coba ikutin lagi, berharap kali ini berhasil. Tapi rupanya gagal lagi deh aye. Hadeuh! Anggap saja bukan salah dia, mungkin tepungnya yang berbeda, kadar protrinnya, atau apalah itu.
Akhirnya saya hanya memanaskan makanan semalam untuk sarapan. Ada daging masak bumbu Thailand, rasanya seperti opor ayam dicampur dengan sambal ijo. Mantap juga. Sambil menunggu makanan hangat, saya membereskan rumah. Sapu-sapu, lap-lap dapur, membereskan mainan si kecil, yah seperti itulah.
Waktu sarapan tiba! Si bocil masih ingin disuapin padahal udah bisa makan sendiri. Entah kenapa, kalau makan nasi dia tidak mau makan sendiri, tapi selain itu, dia mau. Ibu-ibu, ada yang punya anak seperti ini juga gak?
Rencana saya pagi ini adalah membawa Madris ke pustaka. Ayahnya tinggal di rumah, tungguin tukang yang katanya mau datang. Tapi rupanya, akhirnya hanya datang sebentar waktu sore. Aduh!
Dulu, saat tinggal di Manchester, pustaka banyak yang dekat. Tapi di Oldham ini, lokasinya agak jauh. Bisa saja jalan kaki, tapi jalannya naik-turun. Tak sanggup rasanya mendorong stroller dengan beban hampir 25 kilo itu. Jadi, saya pilih naik bus saja, 15 menit langsung sampai.
Seperti biasa sebelum berangkat, Madris berdrama-drama gak mau pergi. Padahal ketika bangun tadi sudah dibicarakan. Dan saya sudah tahu, nanti kalau diajak pulang, pasti tidak mau juga. Bocil... bocil...
Setelah setengah jam persiapan, akhirnya kami siap berangkat. Jaket tebal sudah di badan. Si Madris yang anti jaket lagi-lagi berdrama waktu mau pakai jaket. "Adek gak dingin, Adek gak dingin," protesnya.
"Ya sudah, ayok keluar," kataku.
Begitu keluar rumah, dia langsung merasa kedinginan dan minta dipakaikan jaket. Syukurlah, halte bis tidak jauh dari rumah, jadi kami tak perlu menunggu lama di luar.
Di bis, penumpangnya tidak terlalu ramai, hanya sekitar 8 orang dan setengahnya lansia. Entah kenapa, sejak tiba di Oldham, saya melihat banyak sekali orang lanjut usia di sini. Bisnis funeral pun lumayan banyak di sini. Kadang-kadang ada perasaan gimana gitu...
Tapi, orang-orangnya ramah. Apalagi kalau ada Madris, dia sering disapa atau diajak bicara. Madris bisanya "hello-hello" atau "bye-bye" saja. Hihihi.
Sepanjang perjalanan, kami menikmati pemandangan. Oldham ini memang indah. Jalanan yang menanjak dan menurun dengan bukit-bukit di kejauhan. Gedung-gedung tinggi dan pemukiman padat terlihat dari ketinggian. Aku tidak tahu itu kota apa, mungkin saja Manchester. Melihat keindahan ini, rasanya tak sabar menanti musim semi datang. pasti hidup sekali warna kota ini.
Akhirnya kami tiba di halte bis tujuan kami. Dari sana, kami harus jalan kaki sekitar 5 menit ke pustakanya. MasyaAllah, gedungnya keren banget! Gayanya moderen. Beberapa ibu keluar sambil mendorong anaknya di stroller. Sepertinya baru berlangsung kegiatan stay and play untuk anak-anak umur 5 tahun ke bawah, deh.
Sebelum masuk ke children section, kami buat kartu pustaka dulu di resepsionis. Cuma perlu ID, boleh passport atau BRP. Biayanya gratis! Dengan kartu itu kami bisa meminjam 12 buku untuk 3 minggu. Buku bisa dipinjam dan dikembalikan di pustaka manapun di Oldham. Tidak ada sangsi jika telat mengembalikan, rusak atau hilang. Keren banget kaaan!
Aku minta dibuatkan 2 kartu sekaligus, untukku dan untuk Madris juga.
Dengan kartu baru, kami menuju ruang anak. Hangat sekali di sini sampai harus buka jaket. Tempatnya seru, ada rak berbentuk terowongan yang langsung menarik perhatian Madris. Mata dia cepat banget nyambungnya sama yang ginian. Langsung deh, dia masuk dan main cilukba dari sana.
Ternyata benar, disini baru saja selesai kegiatan balita. Saya melihat sisa mainan di karpet dan satu staf sedang membereskannya. Sejumlah ibu-ibu dengan anaknya juga masih ada di sini. Seharusnya kami datang lebih awal tadi. Tapi tidak apa-apa, kegiatan ini rutin, kami bisa pergi minggu depan.
Saya melihat buku-buku di sana. Seperti biasa, buku-buku di sini bagus. Ceritanya asyik dan ilustrasinya luar biasa keren. Tapi sebagian bukunya bercerita tentang budaya di sini yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Jadi, saya saya harus pilah-pilih juga. Tidak boleh asal baca untuk anak saya.
Madris juga memilih beberapa buku, dan membolak-baliknya sebentar. Sudah beberapa bulan ini dia tidak begitu tertarik dengan buku, mungkin karena kebiasaan yang telah berubah. Ini saatnya menyetel ulang. Semoga Allah mudahkan, amiiin.
Setelah kurang lebih 2,5 jam berada di sana, saya mengajak Madris pulang. Seperti prediksi saya, dia tidak mau pulang, sampai nangis-nangis pastinya. Oh anakku, memang enak banget sih di sini, Bunda pun betah. Akhirnya setelah beberapa percobaan, kami berhasil keluar dari pustaka itu dengan hati senang.
Dalam perjalanan pulang, Madris tertidur. Alhamdulillah, setidaknya sampai di rumah bisa istirahat sebentar, pikir saya. Tapi begitu saya pindahkan ke tempat tidur, matanya langsung melek.
Oh Madris!
Comments
Post a Comment